Site icon SIN Gorontalo

 Nadiem Anwar Makarim Kunjungi Rumah Seorang Guru Honorer dan Turut Dengar Kisah Pahit Getirnya Jadi Guru Honorer

Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim (kanan) berbincang dengan guru dan keluarga honorer di NTB, Jumat (8/10/2021). Ia menginap di rumah guru honorer. (Foto: Istimewa)

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim berkunjung ke rumah seorang guru honorer yang sudah mengabdi 25 tahun, sekaligus peserta Seleksi Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Sukardi Malik, di Nusa Tenggara Barat, Jumat (8/10/201).

Kedatangan Mas Menteri sapaan akrab Nadiem tidak diduga oleh Sukardi Malik, dan mempersilahkan Mas Menteri dapat menginap di rumhanya setelah Nadiem meminta izin agar bis menginap di rumahnya.

“Mohon izin jika dibolehkan, saya ingin menginap di rumah bapak,” kata Mendikbudristek

Sukardi Malik mengizinkan Menteri Nadiem untuk bermalam di rumahnya. Ia juga mengenalkan Nadiem kepada anak dan istrinya.

Saat berbincang santai, Sukardi menceritakan suka duka menjadi guru honorer. Misalnya, terkait perlunya memiliki berbagai pekerjaan sampingan untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup, sambil terus mengajar.

“Sudah menjajal beragam pekerjaan seperti pembuat anyaman bambu, tukang, hingga ojek. Tak jarang ia diprotes rekan di pekerjaan sampingannya karena sering mengutamakan mengajar anak-anak terlebih dahulu,”ungkap sukardi

Namun, bagi Sukardi, menjadi seorang guru merupakan panggilan jiwa yang ditekuninya.

“Saya pernah bekerja di Kalimantan, jadi mandor di kebun, penghasilannya banyak, tapi batin saya kurang sreg. Rasanya kurang berkah. Beda saat menjadi guru,” ujarnya

Sukardi juga menyampaikan bahwa rasa puas dan bahagia saat melihat anak didiknya menjadi orang yang sukses tidak tergantikan dengan apapun.

“Saya pernah mengajar anak seorang ulama, kami di sini menyebutnya Tuan Guru. Sekarang dia menjadi Tuan Guru di pesantren. Suatu saat saya diundang ke sana, kemudian dikenalkan di hadapan banyak santri sebagai guru dari seorang Tuan Guru. Rasanya saya bangga sekali sampai tak bisa berkata-kata,” tuturnya.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril yang turut berdialog mengungkapkan bahwa sosok Sukardi Malik merupakan guru penggerak.

“Beliau mengutamakan anak muridnya. Selalu berusaha memberikan yang terbaik meski dalam kondisi yang tidak mudah,” tuturnya.

Menteri Nadiem juga bertanya mengenai tes Seleksi ASN PPPK yang telah dilalui Sukardi beberapa waktu lalu. Guru honorer berusia 50 tahun itu mengaku bisa mengerjakan soal-soal dan melaporkan bahwa nilainya memenuhi ambang batas (passing grade) yang ditetapkan Panitia Seleksi Nasional (Panselnas).

Lebih lanjut, kepada Mendikbudristek, Sukardi Malik mengakui bahwa kebijakan Seleksi ASN PPPK telah memberikan kesempatan bagi seluruh sejawat guru honorer dari berbagai kategori. Namun, ia meminta agar ada kebijakan khusus bagi guru-guru peserta seleksi yang sudah berusia lanjut.

“Kami bersyukur ada kebijakan pengangkatan seperti ini. Begitu juga dengan program yang lain, kalau dulu hanya bisa diikuti oleh yang PNS, sekarang guru honorer juga bisa. Tapi, kalau bisa tolong ada kebijakan khusus buat guru-guru yang usianya tidak muda,” katanya.

Nadiem menjelaskan bahwa Pemerintah mendengarkan masukan dari berbagai pihak dan terus memperjuangkan yang terbaik. Ia meminta agar guru-guru honorer yang mengikuti Seleksi ASN PPPK tetap tenang dan tidak terhasut informasi tidak jelas.

“Sebentar lagi kami akan umumkan kebijakan afirmasi tambahan bagi guru-guru yang sudah senior dan memang layak,” ungkapnya.

Kisah guru Sukardi Malik menjadi inspirasi bagi Menteri Nadiem untuk terus berupaya menghadirkan kebijakan yang menyejahterakan para guru honorer. Tidak hanya pengangkatan sebagai pegawai pemerintah, tetapi juga pengembangan diri para pendidik tersebut agar berdampak pada meningkatnya kualitas pendidikan nasional. (*/cr2)

Sumber: beritasatu.com

Exit mobile version